Yogyakarta, 23 Agustus 2022.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) mengakibatkan tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) di tahun 2015, AKI di Indonesia tergolong tinggi yakni di angka 305 per 10.000 kelahiran hidup. Terlebih pandemik Covid-19 mempersulit para ibu untuk pergi ke layanan kesehatan untuk memperoleh pil KB ataupun ketersediaan alat kontrasepsi yang menjadi minim karena terhambat. Selain itu isu terkait yang juga mengakibatkan tingginya AKI di Indonesia adalah kekerasan berbasis gender. Ini melatarbelakangi kembali diselenggarakannya International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) yang mengusung tema “Accelerating the Promise of 3 Zeros in Indonesia” pada 23 Agustus 2022. Ini merupakan kali kedua konferensi internasional yang mengangkat isu HKSR kembali diselenggarakan yang sebelumnya di tahun 2019 silam.
Konferensi ini merupakan forum besar yang melibatkan peneliti internasional dan nasional, pembuat kebijakan, pengelola program, LSM internasional dan nasional, mitra pembangunan, asosiasi profesi, dan praktisi. Selama tiga hari, 23-25 Agustus 2022, konferensi ini akan membahas berbagai kebijakan dan program tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi di Indonesia. ICIFPRH diharapkan dapat diselenggarakan setiap dua tahun dengan tema kedaruratan yang berbeda.
Konferensi ini diprakarsai dan diselenggarakan oleh konsorsium “A Champion of Indonesia Family Planning dan Reproduction Health” yang terdiri dari Pusat Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Fakultas Masyarakat Kesehatan Universitas Indonesia, Indonesian Planned Parenthood Association, Women Health Foundation, Cipta Foundation, Rutgers WPF, UNFPA, Aliansi Satu Visi, dan Thinkwell.
Ketua Konsorsium dan Panitia The 2nd ICIFPRH, Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc, ScD, mengangkat tema dalam konferensi kali ini adalah “Accelerating the promise of 3 Zeros in Indonesia”; Tiga nol yang dimaksud adalah; 1. Zero preventable maternal deaths (Nol kematian ibu), 2. Zero unmet for family planning (Nol tidak terpenuhinya kebutuhan Keluarga Berencana), 3. Zero violence or harmful (Nol kekerasan atau praktik berbahaya berbasis gender). Beliau menjelaskan masih banyak kendala di masyarakat untuk mengakses informasi maupun layanan yang memadai HKSR. Ini berakibat laju penurunan 3 zeroes tersebut masih lambat.
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed, Sp.OG (K), Ph.D mengatakan AKI yang disebabkan ibu yang melahirkan masih terus meningkat. Beliau mencontohkan situasi di Yogyakarta, yang walaupun memiliki jumlah tenaga kesehatan yang cukup, belum mampu menurunkan AKI.
“…kehamilan harus dikehendaki oleh dua belah pihak. Otomatis nanti pasangan dan keluarga bahkan masyarakat harus mengusahakan untuk ibu selamat.
Konferensi ini juga menggabungkan pelibatan masyarakat dari sektor publik maupun dari sektor privat. Selain itu, peran media juga sangatlah penting dalam membentuk perseptif masyarakat terhadap isu HKSR. Oleh karenanya, pada tanggal 20-22 Agustus 2022, bekerja sama dengan Ruang Temu Generasi Sehat Indonesia (Rutgers Indonesia), Yayasan IPAS Indonesia, dan Konde.co, mengundang 15 jurnalis dari media terpilih untuk mengikuti pelatihan media yang merupakan rangkaian kegiatan The 2nd ICIFPRH. Hal ini diharapkan mampu mempertajam sensitivitas dan kapasitas jurnalis ketika penulisan terkait isu HKSR sehingga lebih berperspektif kepada korban dan tidak menggunakan diksi-diksi yang diskriminatif. Tim Ilmiah ICIFPRH, dr. Amirah Ellyza Wahdi menyatakan hal ini dilatarbelakangi bahwa konferensi tidak hanya sebagai wadah untuk presentasi program, tetapi juga ruang berkolaborasi dan bersinergi.
3 Zeroes masih menjadi permasalahan di Indonesia. Prof. dr. Siswanto berharap The 2nd ICIFPRH selain mampu meningkatkan akses informasi dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, juga mampu mempercepat laju penurunan AKI yang di tahun 2021 berada di angka 24% menjadi 14% di tahun 2024. “Kesehatan reproduksi bukanlah masalah biologis tapi juga masalah sosial. Kita ada di posisi yang perlu mempercepat,” tambah dr. Amirah.
Ditulis oleh Indra Nugroho, Staf Media Ikatan Perempuan Positif Indonesia.